Memijahan ikan mas adalah kegiatan menyatukan induk jantan dan betina dalam satu tempat. Penyatuan itu akan menimbulkan rangsangan bagi jantan untuk mendekati betina, hingga betina terangsang untuk memijah, atau istilah umumnya kawin. Dari induk betina akan keluar telur, dan dalam waktu yang sama dari induk jantan keluar sperma. Dari kejadian itu, maka telur-telur akan dibuahi secara alami dalam air.
Tiga hal yang menjadi kunci keberhasilan pemijahan. Pertama, induk betina harus betul-betul matang gonad, sehingga ketika jantan mendekati dapat dengan terangsang untuk memijah. Selain itu, kualitas telur juga harus baik, sehingga dapat dibuahi dengan sempurna (lihat artikel tanda-tanda induk yang matang gonad).
Kedua, induk jantan tidak hanya matang kelamin, tapi juga telah matang gonad. Artinya spermanya telah siap untuk mebuahi telur-telur dengan sempurna. Ketika disatukan, dalam waktu yang singkat jantan terangsang untuk mendekati betina, menciumi tubuh betina, mengejar-ngejar betina hingga lawan jenisnya itu turut terangsang, dan terjadi pemijahan.
Ketiga, tempat pemijahan juga harus dapat memberikan rangsangan kepada keduanya untuk memijah. Karena percuma saja keduanya matang gonad kalau tempat tidak mendukung proses pemijahan. Karena itu, situasi di tempat pemijahan harus diciptakan sedemikian rupa, agar mirip, atau seperti situasi di alamnya.
Tentu saja situasi ini hanya diciptakan dengan melalui persiapan tempat yang matang. Tanpa itu, tidak dapat tercipta. Mungkin lebih baik tidak perlu melakukan pemijahan. Persiapan tempat pemijahan meliputi pengeringan, perbaikan pematangan, atau pembersihan, penjemuran, dan pengairan, sera pemasangan hapa, dan kakaban.
Selain persiapan kolam pemijahan, dua sarana pemijahan lainnya juga harus disiapkan. Sarana itu berupa hapa, dan kakaban. Hapa adalah kantong yang dibuat kain terilin berwarna putih, dengan ukuran panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1 m. Hapa juga bisa dibuat dari jaring dengan mess (lubang) kecil, lebih kecil dari diameter telur.
Kakaban adalah alat penempel telur. Bahan utamanya adalah ijuk yang sudah disisir, atau dibersihkan. Ijuk yang sudah disisir dijepit dengan belahan bambu, atau kayu yang diberi paku. Pada umumnya kakaban yang sering digunakan berukuran panjang 80 c, dan lebar 30 cm. Sebelum, atau sesudah digunakan, kakaban harus dibersihkan, dan dijemur.
Pengeringan
Dalam artikel lalu, sudah saya sebutkan bahwa kolam pemijahan bisa berupa kolam tanah, bisa juga beton, itu sama saja. Namun pada kedua jenis tempat itu, pengeringan harus tetap dilakukan, karena tujuan utamanya adalah untuk merangsang induk-induk memijah.
Kolam tanah dikeringkan dengan cara membuka lubang pengeluaran, dan menutup lubang pemasukan. Setelah itu, kolam dijemur di bawah sinar matahari selama 5 – 7 hari, atau tergantung cuaca. Namun pengeringan sudah dianggap cukup, bila tanah dasar retak-retak.
Pada kolam tanah, pengeringan selain bertujuan untuk merangsang pemijahan, juga untuk memperbaiki struktur tanah dasar, pemberantasan hama, dan penyakit, serta mempermudah perbaikan pematang, pembuatan kemalir, dan perataan tanah dasar.
Bila pada kolam tanah, penjemuran dilakukan selama seminggu, pada kolam beton penjemuran bisa lebih pendek, cukup paling lama 4 hari. Pengeringan kolam juga dilakukan dengan membuka lubang pengeluaran, dan menutup lubang pemasukan.
Namun selama pengeluaran air, semua dalam bak, seperti sampah, lumpur, sisa-sisa telur pada pemijahan terdahulu dan kotoran lainnya dikeluarkan. Caranya dengan mengubek-ngubek air, dan setelah kering kotoran-kotoran itu diseret dengan sorongan karet.
Perbaikan pematang
Dua hari setelah pengeringan, atau selama penjemuran dilakukan perbaikan pematang. Kegiatan ini mutlak dilakukan untuk kolam tanah, terutama kolam yang telah berkali-kali digunakan. Karena selain oleh hempasan air, dan binatang, seperti kepiting, pematang juga bisa rusak karena injakan kaki selama melakukan kegiatan.
Perbaikan pematang tidak harus dilakukan pada kolam beton, karena tempat itu sangat kuat, kecuali ada bocoran. Tapi tidak perlu harus membongkar keseluruhan, tetapi cukup dengan membongkar sedikit, lalu menambal pada bagian yang bocornya saja.
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh bagian permukaan pematang dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup. Bila ada bocoran yang lebih besar, sebaiknya pematang dibongkar lebih dahulu, lalu ditutup kembali dengan tanah dasar tadi. Bila bocorannya banyak, sebaiknya pematang dilapisi plastik.
Perbaikan pematang bertujuan agar kolam terbebas dari semua bocoran, baik bocoran besar maupun kecil, sehingga apabila diisi air, ketinggiannya dapat dipertahankan selama pemijahan. Kondisi ini sangat baik untuk induk, karena keadaan air dapat dijaga agar tetap baik, oksigen dalam air tetap tinggi, dan induk dapat meijah dengan baik, dengan tidak kekeringan.
Selesai perbaikan pematang, dilakukan pembuatan kemalir, dan perataan tanah dasar, tetapi kegiatan ini tidak terlalu penting, karena induk jantan dan betina dapat ditangkap dengan mudah tanpa harus menunggu kering. Tetapi kemalir dan tanah dasar yang rata akan sangat berguna ketika pengeringan air kolam, setelah pemijahan.
Pemasangan hapa
Pemasangan hapa bisa dilakukan sebelum atau sesudah pengisian air. Bila pemijahan di kolam tanah, maka hapa sebaiknya dipasang setelah pengisian air. Hapa yang dipasang sebelum pengisian air bisa kotor dengan lumpur akibat aliran air yang jatuh ke dasar kolam.
Bila pemijahan di kolam beton, maka hapa bisa dipasang sebelum pengisian air. Aliran air tidak menimbulkan lumpur, karena dalam kolam beton tak berlumpur, atau sudah bersi. Hapa juga bisa dipasang setelah pengisian air, tetapi pemasangan lebih sulit, karena terkadang harus turun ke air.
Hapa dipasang dengan menarik keempat tali pada setiap sudut hapa, lalu diikat pada paku yang dipasang di dinding tembok. Pada kolam tanah, tali hapa dapat dipasang pada tiang yang dipancang di dasar kolam, atau pematang. Setelah dipasang, hapa diberi pemberat berupa batu, atau behel yang dibuat segi empat sesuai dengan panjang dan lebar hapa.
Pengisian air
Pengisian air dilakukan pada pagi hari. Caranya dengan menutup lubang pengeluaran dengan paralon setinggi 50 – 60 cm, dan membuka lubang pemasukan. Pada awalnya, air dibiarkan mengalir dengan debit besar kira-kira 2 liter/menit, tetapi bila air sudah mencapai setengah bagian kolam, debit air dikurangi hingga kurang lebih 0,5 liter/detik. Setelah penuh, untuk sementara lubang pemasukan ditutup, agar air tidak limpas keluar, dan bau tanah juga tidak hilang.
Pemasangan kakaban
Pemasangan kakaban dilakukan setelah pemasangan hapa, dan pengisian air. Namun sebelumnya harus disiapkan 4 buah batang bambu yang masing-masing panjangnya 3 m, dan beberapa meter tali rapia. Keduanya merupakan alat bantu meletakan kakaban. Dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu jumlah kakaban, dan cara memasangnya.
Jumlah kakaban disesuaikan dengan berat induk betina. Ini sangat berkaitan erat dengan jumlah telur setiap kilogram dengan luas dari permukaan kakaban. Kakaban memiliki dua permukaan. Berbagai referensi menyebutkan, bahwa setiap kilogram induk betina mengandung 100.000 telur.
Untuk 100.000 telur, atau setiap kilogram induk betina dibutuhkan 4 buah kakaban dengan panjang 80 cm, dan lebar 30 cm. Jadi untuk satu induk betina yang beratnya 3 kg, membutuhkan kakaban sebanyak 12 buah. Selain jumlah itu, disiapkan 2 – 4 buah kakaban lain sebagai cadangan.
Kakaban dipasang memanjang ke arah panjang hapa. Dari lebar hapa bisa dipasang dua deret, dimana satu deretnya terdiri masing-masing 6 buah. Kakanan itu diletakan di atas dua buah batang banbu, lalu di bagian atasnya di jepit dengan batang bambu yang lain. Kakaban harus terendan 10 cm di bawah permukaan air.
Kakaban yang sudah dipasang tidak boleh bergerak. Karena itu agar tidak bergerak, masing-masing batang dipasang tali rapia yang diikatkan di tiang-tiang bambu lain yang ditancapkan di pematang bila di kolam tanah, atau diikatkan di paku bila di kolam beton.
Penebaran induk
Induk jantan dan betina ditebar secara bersamaan. Penebarannya dilakukan kira-kira pada pukul 14.00, atau setelah pemasangan kakaban. Jumlah induk betina yang ditebar tergantung luas hapa. Untuk hapa dengan panjang 4 m, lebar 3 m, dan tinggi 1 m dapat ditebar ekor.
Jumlah induk jantan tergantung berat induk betina, dan berat induk jantan. Namun karena induk jantan lebih kecil, maka jumlahnya pasti melebihi jumlah induk betina, tetapi dalam beratnya sama. Jadi bila berat induk betina 3 kg, dan induk jantan 750 gram, maka jumlah induk adalah 4 ekor.
Proses pemijahan : setelah ditebar, induk-induk tidak langsung memijah. Secara alami ikan mas punya waktu tersendiri untuk mijah, yaitu tengah malam, yang dimulai sejak pergantian waktu sampai menjelang subuh. Terkadang ada juga yang setelah terbit matahari masih memijah.
Dimulai dengan proses adaftasi diri pada lingkungan barunya. Baik jantan maupun betina tidak melakukan reaksi. Namun setelah 5 – 6 jam, sekitar pukul 20.00 barulah jantan bereaksi dengan mendekati betina. Mulanya betina tak memperdulikan ulah jantan, bahkan menjauhi. Namun jantan terus mendekatinya. Betina yang kabur segera dihampiri lagi.
Begitulah pendekatan itu berkali-kali dilakukan jantan, hingga terjadi kejar-kejaran. Menjelang tengah malam, betina mulai bereaksi dengan membiarkan jantan mendekatinya. Kesempatan itu digunakan oleh jantan untuk menggesek-gesekan tubuhnya ke tubuh betina, dilanjutkan dengan menciumi alat kelamin.
Tepat tengah malam, terjadi puncak perkawinan. Betina mengeluarkan telur, dengan cara membalikan tubuh sambil menyemprotkan telur ke kakaban bagian bawah. Pada saat yang sama jantan mengeluarkan sperma. Begitu, seterus proses itu terjadi berulang hingga telurnya habis.
Pembalikan kakaban
Proses pemijahan terus berlangsung tanpa bisa dicegah, hingga pada bagian salah satu permukaan kakaban, terutama bagian bawah penuh dengan telur, sedangkan bagian lain masih kosong. Agar semua permukaan kakaban terisi dengan rata, maka kakaban harus dibalik.
Pembalikan kakaban dilakukan dengan cara menarik satu demi satu, lalu memasang kembali pada bagian itu juga. Jadi tidak perlu harus membongkar semuanya, karena sulit. Pembalikan kakaban tidak mengganggu proses pemijahan, karena pemijahan ikan tak bisa dicegah.
Penangkapan induk
Pemijahan biasanya selesai menjelang subuh. Selesai memijah induk-induk harus ditangkap. Bila tidak, dapat mengganggu telur-telurnya, dengan cara memakannya kembali. Namun induk-induk tidak perlu ditangkap pada saat itu, tetapi dibiarkan beristirahat terlebih dahulu.
Selama masa istirahat, induk-induk tidak akan mengganggu telur, baru setelah 1 – 2 jam, setelah terbit matahari, barulah mulai mengganggu telur-telurnya. Pada saat penangkapan induk, kakaban tidak perlu harus dikeluarkan, tetapi cukup digeser ke bagian lain masih dalam kolam pemijahan.
Posting Komentar